Home » » Berprasangka Baik Husnudzon

Berprasangka Baik Husnudzon

Berprasangka Baik Husnudzon - Berprasangka Baik Husnudzon Kepada Allah Penting bagi diri kita untuk selalu melatih diri agar selalu berprasangka baik di setiap kejadian.

Berprasangka baik di setiap kejadian kita tujukan kepada Allah, Sang Pembuat Skenario Terbaik, dan juga kepada manusia. Prasangka baik pada Allah bagian dari Aqidah dan kepada manusia lain bagian dari Akhlak Karimah.

Bagaimana cara agar kita tetap ber-husnudzon (berprasangka baik) kepada Allah dan Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kita? Ketahuilah, kita harus memiliki pemahaman dan keyakinan yang kuat bahwa Allah senantiasa menginginkan kebaikan dan kemaslahatan bagi manusia dan alam semesta seluruhnya.

Dalam berbagai ayat dalam Al-Qur’an, Allah menyatakan bahwa segala kebaikan yang didapat oleh manusia berasal dari Allah sedangkan segala keburukan yang menimpa manusia adalah karena ulah perbuatan manusia itu sendiri.

Demikian pula yang ada dalam diri saudaraku blogger Blog Keperawatan dalam menyikapi bersabar dalam sakit ketika ayahandanya terkena cobaan sakit jantung bahkan sampai dengan serangan jantung maka saudaraku tersebut berusaha dan senantiasa berprasangka baik kepada Allah atas hal yang sedang menimpanya.

Berprasangka Baik Husnudzon Kepada Allah

Terlebih-lebih bagi seorang mukmin, Allah senantiasa akan memberikan yang terbaik meskipun yang baik itu seringkali kita pandang buruk. Allah sajalah yang mengetahui kebaikan dan keburukan yang sejati sementara penglihatan, penilaian, dan pengetahuan kita bersifat semu dan terbatas (QS Al-Baqarah : 216).

Betapa Allah senantiasa memberikan yang terbaik kepada seorang mukmin sampai Rasulullah saw menyatakan bahwa tidaklah seorang mukmin ditimpa musibah – meskipun hanya tertusuk duri di kakinya atau tersandung batu kecuali Allah pasti akan menghapuskan satu dosa darinya.

Bahkan Allah seringkali menimpakan sakit kepada seorang mukmin sebagai kaffarah (penghapus dosa) baginya. Adapun terhadap orang yang ingkar kepada-Nya, justru Allah seringkali memberikan istidraj (penundaan siksa) kepadanya sampai akhir hayatnya agar Allah bisa menyempurnakan adzab-Nya di Hari Perhitungan kelak.

Berusaha dan beriktiar dalam bidang kesehatan untuk menyembuhkan ayahnya dan juga tentunya dengan tidak meninggalkan doa sama sekali kepada Allah Ta'ala.

Etika seorang mukmin berdoa kepada Allah dengan tulus, Dia pasti mendengar dan memenuhinya. Hanya saja, pemenuhan doa tersebut bisa termanifestasi dalam berbagai bentuk sesuai dengan pengetahuan Allah tentang yang terbaik bagi si mukmin tersebut.

Bisa jadi doa tersebut langsung dikabulkan sesuai dengan permintaan. Bisa jadi doa tersebut dikabulkan akan tetapi setelah ditangguhkan karena waktu itulah yang paling tepat. Bisa jadi doa tersebut diganti dengan kebaikan yang lain, karena permintaan tersebut dalam pandangan Allah tidaklah baik bagi si mukmin.

Bisa jadi doa tersebut diganti dengan penghapusan dosa bagi si mukmin. Bisa jadi pula doa tersebut disimpan sebagai ’tabungan’ untuk Hari Perhitungan kelak. Demikianlah Allah senantiasa memberikan yang terbaik bagi seorang mukmin.

Untuk itulah kita sebagai seorang muslim untuk bisa menerapkan selalu berprasangka baik kepada Allah dan juga kepada berprasangka baik kepada manusia dan kebaikan akan bisa selalu menyertai kita semua Insya Allah.

Terima Kasih Telah Membaca & Silakan berbagi dengan sahabat lainnya Sharing Informasi

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Post a Comment